Waktu hari ini

Image Hosting by PictureTrail.com

Panorama Lembah Grenggeng

Indahnya alam pedesaan, sesekali angin menghembus lembut, riak air, gemerisik daun bagaimana kini...

Image Hosting by PictureTrail.com

Panorama Lembah Grenggeng

Biarkan kami menikmati sisa hembusan angin gunung, dinginnya kabut pagi...

Image Hosting by PictureTrail.com

Panorama Lembah Grenggeng

Biarkan kami menghirup aroma asap jerami yang dibakar petani, aroma lumpur sawah desa kami, canda riang anak-anak kami..

Image Hosting by PictureTrail.com

Panorama Lembah Grenggeng

Biarkan peluh keringat dan terik matahari menghiasi telanjang punggung kuat para petani

Image Hosting by PictureTrail.com

Panorama Lembah Grenggeng

Biarkan semangat keceriaan ini hingga nanti...

Berani Kaya

peluang usaha

Selasa, Desember 21, 2010

Photo Proyek Lima Karya

Sabtu, September 04, 2010

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1431 H

Slamet mengucapkan selamat hari raya idul fitri 1 syawal 1431 H.

Sabtu, Juli 24, 2010

Gagal Menjadi Seorang Pahlawan

Berjalan disuatu sore di kampungku. Setelah sekian jauh aku berjalan, aku menemukan sebuah makam (kuburan) yang konon cerita dari para sesepuh di desaku adalah makam seorang pejuang kemerdekaan yang kala itu ikut berjuang mempertahankan kemerdekaan Bangsa ini. Cukup bangga rasanya apabila ada seorang pahlawan yang berasal dari kampung kami yang kecil ini. Akupun akhirnya tertarik untuk mencari tahu tentang siapa gerangan pahlawan yang telah dimakamkan di salah satu sudut kampung ini. Aku bergegas melanjutkan perjalanan dengan harapan aku dapat bertemu dengan seseorang yang barang kali dapat memberiku informasi, atau sekedar cerita mengenai sejarah pada masa perjuangan kala itu. Aku mulai berpikir dan mencari-cari arah kemana aku harus melangkah. "Oh ya, aku ingat", dalam hatiku berpendapat dan menemukan satu rencana untuk bertemu dengan seseorang yang aku anggap sudah cukup tua di kampung ini. Akupun bergegas dengan semangat 45 berganti arah perjalanan menuju bukit tempat orang yang aku maksud tadi. Lima belas menit sudah aku tempuh perjalanan ke atas bukit, disana aku bertemu dengan seseorang yang tidak lain adalah Uwak ku (panggilan untuk orang yang usianya lebih tua dari orang tuaku), sebut saja namanya "Uwak Abdi" (nama samaran). "Assalmu'alaikum" dari kejauhan aku menyapa beliau yang sedang berada di pelataran rumahnya sambil merapihkan kayu bakar dan golok yang masih tergenggam di tangan kananya. "Wa'alaikumussalam", jawab beliau dengan suara rendah sembil beranjak dari jongkoknya seraya memandang ke arahku. "Oh kamu, mari silakan masuk!" sambil berdiri aku pun berjabat tangan dan menciumnya. Kemudian kami duduk-duduk di serambi teras rumah yang terbuat dari bambu, suasana sore hari ini memang terasa sejuk apalagi di atas bukit dengan semilir angin yang berhembus menghempas dedaunan sekitar rumah Uwak Abdi. Tidak lama kemudian keluar dari arah samping rumah yang rupanya ada pintu mengarah ke dapur rumah mereka, yaitu istri uwak Abdi sambil menyapaku "Dari mana saja, sendirian apa? tanya istri uwak kepadaku. "Iya lagi jalan-jalan kebetulan mampir wak" jawabku singkat. Kami masih duduk-duduk sementara istri uwak beranjak masuk kembali kerumah "mungkin sedang mempersiapkan minum untuk kami" dalam hati ku ge er (gede rasa). Setelah agak lama ngobrol tentang keadaan keluarga kami masing-masing, dan obrolan-obrolan seputar kegiatan yang ringan-ringan. Aku sudah mempersiapkan berbagai macam pertanyaan yang akan aku ajukan pada uwakku. Tidak lama kemudian minuman kopi hangat dan singkong rebus pun tersedia di depan kami berkat istri uwak tadi, "Betul kataku" gumamku mempertegas tentang ke ge eranku tadi. Inilah bukti orang kampung setiap ada tamu pasti kami disuguh dengan minuman dan makanan ringan, dan biasanya ada hidangan berata (jamuan makan), terlebih jika kita jarang bertemu bisa diada-adain (walaupun tidak ada dibuat ada, walaupun tidak masak jadi masak enak). Tanpa kami sadari tanya jawab sedang berlangsung antara aku dan uwakku. "Wak, apakah dulu mengalami perang kemerdekaan?" tanyaku pada uwak. "Kamu ini aneh wong saya lahir itu sudah ada Belanda di sini, perang kemerdekaan kan baru kemarin!" jawab uwakku tidak mau diremehkan. "Berapa usia uwak pada saat itu wak?" tanyaku kembali. "Ya kira-kira 17 sampai 20 tahunan lah, intinya sudah remaja" jawab uwakku. "Berarti uwak mengalami dan dapat menyaksikan dengan jelas tat kala para pejuang memblokade jalan raya Kemit" (suatu lokasi di daerah kami), tanyaku kembali. "Ya tau lah!" jawab uwak, bahkan menceritakan secara rinci kejadian-kejadian yang terjadi saat itu. "Pada saat itu pemerintah Indonesia dialihkan sementara ke Jojga dan batas antara Indonesia-Belanda adalah sungai Kemit, tepatnya Belanda di daerah Gombong berpusat di Benteng Van Der Wijck (yang sekarang menjadi tempat wisata sejarah). "Wah kalau begitu uwakku benar-benar mengalami dan dapat mengingat dengan baik peristiwa bersejarah di desa kami" dalam hatiku berujar. "Trus apa yang dilakukan uwak pada masa-masa genting wak?" tanyaku semakin penasaran. "Kebanyakan pemuda mempersiapkan diri membuat bambu runcing yang banyak, untuk persiapan dan jaga-jaga kemungkinan Belanda masuk kampung kita". jawab uwak dengan nada meyakinkan. "Aneh ya wak?, hanya dengan modal bambu runcing belanda bisa kalah!" kulontarkan kalimat sekenanya. "Ya jelas takut, wong bambu runcing itukan tajam dan andaikata mengenai perut, pasti dapat mengoyak seisi perutnya, terlebih ujung bambu runcing diolesi cairan kunyit" jawab uwak dengan tegas sambil memperagakan mengoles kunyit di ujung jarinya sendiri. "Lho kok dikasih kunyit? supaya bagaimana sih wak?"tanyaku semakin heran. "Ya biar, luka yang telah robek tadi menjadi terasa perih, dan menjalar melalui darah", jawabnya. "Waduh, mengerikan sekali ya?" dalam hatiku sambil membayangkan betapa sakitnya orang yang terkena bambu runcing tadi. "Berarti uwak pada saat itu ikut bikin bambu runcing", pertanyaanku mengejar-ngejar saking penasarannya."Kamu ini aneh, ya pasti bikin!", jawab uwakku yang tak mau diremehkan. "Berarti uwak pernah berbuat dosa, karena pernah membunuh orang, trus perasaan pada saat akan membunuh musuh gimana wak", tanyaku yang takut keduluan jawaban. "Kamu ini aneh, pada saat itu begitu bunyi alarm bertanda bahwa Belanda akan memasuki kampung, uwak langsung berlari dan bergegas", "Kemana uwak, terus-terus!"tanyaku memotong penjelasan uwak. "Segera ke dapur!", "Ngapain wak, kok ke dapur?@#$%" tanyaku terheran. "Ya pokoknya kalau ada bunyi alarm, uwak langsung saja menuju ke dapur membawa serta bambu runcingnya", jawab uwak."Maksudnya bersembunyi, sambil mengatur siasat gitu wak?", tanyaku semakin penasaran dengan harapan uwak menjawab iya."Ya gak lah!", jawab uwakku lagi. "Berarti uwak pemberani dong, buktinya gak bersembunyi!" tegasku. "Uwak kedapur sambil membawa bambu runcing untuk segera dimusnahkan, dimasukkan ke tungku dan dibakar, agar tidak ketahuan Belanda!!!!, gitu!!!", jawab uwak dengan sombongnya. "Lho kok....?" aku masih penasaran. "Ya kalau ketahuan Belanda nanti uwak ditangkap, diikat, dipenjara, dibunuh!!!", "Wah berarti uwak gak pernah membunuh Belanda?!!!", "Boro-boro membunuh, dengar alarm saja sudah takut, jangan-jangan ditangkap!", "Kalau begitu uwak gak berdosa dong, habis gak pernah membunuh, gak pernah melukai orang, paling tidak menolong juru masak mencarikan kayu bakar terbuat dari bambu runcing, ya wak?...", lanjutku. "Ya gitu deh...!". "Hufh...kirain perjuangan uwakku sangat heroik, ternyata....." dalam hatiku. Tetapi siapapun dan apapun yang dilakukan oleh mereka setidaknya mengingatkan kita pada masa-masa sulit dan menyedihkan dibawah tekanan dan ancaman baik secara mental dan psikis, ketakutan yang luar biasa, kelaparan dimana-mana. Semoga apa yang telah dikisahkan oleh uwakku tadi, kita tidak mengalaminya. Kisah ini baru sempat aku tulis, sementara uwakku kini telah pergi bersama-sama mereka "para pejuang" selamat jalan wak? terima kasih atas cerita dan kisahnya, semoga Alloh senantiasa melindungimu, seorang pahlawan tidak hanya di medan laga, setidaknya engkau telah bersama-sama mereka dalam mengukir sejarah!

Senin, Juli 05, 2010

Tanah Lot Bali

Kamis, April 29, 2010

Jadwal UTS

Jadwal KKN

Surat Ijin Kerja

Sabtu, April 17, 2010

Pengumuman

Hari senin besok pelaksanaan Ujian Praktek Sekolah

Mata Pelajaran TIK

Kelas IX SMP Negeri 1 Gombong

Tahun Pelajaran 2009/2010

Selasa, Maret 30, 2010

Catatan Senin Sore

Aku pacu laju sepeda motorku lumayan kencang, hingga tak lama kemudian aku berhenti di sebuah pertigaan lampu merah daerah wero. Sesekali aku melihat count down trafict light sedang menghitung mundur dari 48, 47, 46, dan seterusnya. Tiba-tiba aku dikagetkan oleh pengendara lain yang melaju kencang disela-sela antara motorku dan kendaraan roda empat disampingku, belum berhenti denyut jantung ini bergetar aku pun menggumam "dasar manusia!" bukankah lampu merah ini dipasang diperuntukkan untuk kita agar lalu-lintas di kota ini lebih baik?. Namun namanya saja manusia, ada saja alasannya : sedang buru-burulah, mumpung tidak ada polisilah, mumpung jalan sedang tidak ramailah, dan alasan lainnya yang senada. Hingga suatu ketika saya mendapat cerita dari tetangga saya, yang sudah melaksanakan aturan ketertiban lalu-lintas dengan baik. Kejadian ini dia alami ya di tempat dimana saya sedang berhenti kali ini. Beliau berhenti di barisan paling depan, tidak berapa lama ada kendaraan di belakangnya nubruk semaunya, hingga pengendara tersebut tersungkur ke jalan. Ini bukti bahwa kita selaku pengguna jalan raya harus "Right Thing" bukan riting yang diidentikkan dengan tanda atau lampu sign suatu kendaraan. Itu artinya bahwa kita harus berpikir positif dan baik-baiklah dalam mengantisipasi segala sesuatu yang akan dilakukan oleh orang lain. Seperti contoh kejadian tetanggaku tadi, mungkin pengendara yang nubruk dari belakang memiliki asumsi bahwa pengendara yang tepat di depannya akan jalan terus kendati lampu merah sedang menyala, ternyata pengendara yang di depannya tadi berhenti. Akhirnya insiden pun tidak dapat dihindari, belum lagi sering kali saya jumpai masyarakat pengendara sepeda motor khususnya remaja tidak mengenakan keamanan (Helm pelindung). Karena mungkin mereka beranggapan helm yang mereka kenakan tersebut hanya sebagai suatu kelengkapan pengendara belaka, atau hanya sekedar untuk menghadapi polisi yang sedang bertugas di jalan raya sehingga apabila terdapat razia mereka tidak akan ditilang. Ini salah! sungguh ironi apabila ada orang lain yang mau mengingatkan kita akan keselamatan jiwa kita!!. Helm yang digunakan pun seharusnya helm standard dimaksudkan apabila terjadi sebuah insiden di jalan yang memungkinkan terjadinya benturan keras tepat di kepala, maka helm tersebut dapat meminimalis tingkat resiko retaknya tulang kepala. Percuma apabila kita sudah pakai helm, namun helm tersebut tidak bertali, atau tidak ada pelindung kepalanya (sterofoam), atau berbahan helm yang tidak berkualitas, tidak nyaman, sehingga dapat juga mengganggu pengendara itu sendiri. Cobalah kita sedikit renungkan, jika sering saya jumpai ada sebuah insident di jalan, lalu tak berapa lama kemudian polisi datang ke tempat kejadian perkara, lantas biasanya polisi menanyakan dengan kalimat yang sering kita dengar " Slamat Sore/ Siang/ Pagi/ dilanjutkan Lihat surat-suratnya Pak/ Bu/ Mas/ Mba/ dsb". Anda dalam sebuah insiden "mohon maaf" kaki atau tangan kita yang patah, kita masih dapat mendengar kata-kata yang keluar dari mulut pak polisi. Namun kalo kepala kita yang patah/ retak/ gagar otak? bagaimana? Na'udzubillah....yang datang mungkin bukan pak polisi, siapa tahu malaikat.Wah mengerikan ya? maka dari itu baik-baiklah kita berkendara di jalan raya, dengan memperhatikan segala tingkat resiko dan kecelakaan yang mungkin dapat kita alami, pergunakan perlengkapan keamanan secara maksimal, minimal memenuhi standar. Jangan sia-siakan keselamatan kita, hanya karena kita lalai atau melupakan sesuatu yang sebenarnya sangat berharga ini!.

Senin, Maret 29, 2010

Ujian Nasional SMP

Hari ini senin tanggal 29 Maret 2010, Propinsi Jawa Tengah menyelenggarakan Ujian Nasional secara serempak Tingkat SMP dan MTs, pelaksanaan ujian dimulai pukul 08.00 WIB hingga 10.00 WIB. Pengawasan Ujian dilakukan dengan sistim silang, dan dipantau oleh Tim Independent. Walaupun pelaksanaan ujian baru dimulai pukul 08.00 WIB namun bagi para pengawas biasanya datang lebih awal sesuai dengan aturan yang sudah ditentukan yaitu minimal 45 menit sebelum pelaksanaan ujian dimulai. Bahkan tidak sedikit dari para pengawas datang ke tempat mereka mengawasi pukul 06.30 WIB. Mengingat karena mereka adalah bukan guru/ tenaga kependidikan pada sekolah yang akan diawasinya. Sekaligus sambil mengenal atau mempelajari aturan main yang dilaksanakan pada sekolah-sekolah penyelenggara Ujian. Kendati aturan-aturan kepengawasan sudah disosialisasikan oleh penyelenggara ujian tingkat kabupaten, masih di pecah-pecah lagi kedalam Sub-sub rayon pada wilayah-wilayah penyelenggara ujian di daerah. Hal ini mungkin dikandung maksud agar upaya pemerintah pusat dalam hal ini pemerintah propinsi dapat memberikan informasi secara merata dan berkesinambungan. Sehingga pada saat pelaksanaan ujian nanti, para penyelenggara ujian tingkat sekolah beserta seluruh tim pengawasan tidak mengalami kendala terkait masalah teknis atau petunjuk pada saat mereka melakukan pengawasan pada sekolah yang notabene bukan sekolah asal para pengawas tersebut. Guru-guru yang terdapat di salah satu sekolah (SMP/ MTs) di sebar ke beberapa sekolah lain untuk ikut serta membantu mengawasi pelaksanaan ujian kali ini, sama dengan tahun-tahun sebelumnya. Pemerintah rupanya sedang berupaya bagaimana caranya, agar pelaksanaan ujian sekolah benar-benar jujur, adil, dan murni tanpa ada kebocoran atau tindak kecurangan yang lain. Para pengawaspun bekerja dengan sangat hati-hati, mencermati setiap siswa peserta ujian dan membimbing mereka pada saat mereka mengisi identitas seperti nama, nomor test, kode soal, nama sekolah dan sebagainya. Hal ini dimaksudkan agar hasil pekerjaan mereka dapat benar-benar tidak keliru. Tetapi bukan membantu mereka memberikan jawaban!, dengan upaya pemerintah memberikan Tipe Soal yang berbeda, diharapakan antara siswa yang satu dengan yang lain tidak saling bekerja sama, disamping desain tempat duduk mereka juga diatur sedemikian rupa hingga mereka betul-betul tidak dapat bekerja sama dengan depan, belakang samping kiri dan kanan. Belum selesai begitus saja, para pengawas bertugas salah satunya adalah memasukkan hasil pekerjaan mereka/ lembar jawab ujian kedalam amplop besar disertai berita acara dan absensi para peserta ujian, kemudian disegel menggunakan segel yang telah disediakan oleh pemerintah, penyegelan lembar jawabpun dilakukan diruang pelaksanaan ujian. Semoga Ujian Nasional kali ini dapat memberikan hasil yang maksimal untuk mereka, merupakan kebanggaan tersendiri bagi kami dan para siswa tentunya apabila pada saat pengumuman nanti para siswa dinyatakan lulus, mengingat sangat ketatnya aturan yang telah dibuat ini. Semoga Ujian Kali ini dapat meluluskan semua para anak didik kami....amin. Khususnya para siswa SMP/MTs se-Kabupaten Kebumen dan para siswa SMP/MTs seluruh Tanah Air...Amin

Sabtu, Maret 27, 2010

Musim Panen

Suhu udara di kampung kami saat ini terasa begitu panas, namun bagi para petani kampung kami hal ini sangat disyukuri mengingat mereka semua baru saja selesai memanen padi mereka di sawah. Aroma lumpur, asap dari pembakaran jerami, hiruk pikuk masyarakat yang bekerja di sawah-sawah jadi pemandangan kampung kami tatkala musim panen tiba. Para pekerja bergegas dari pagi setelah subuh mereka berbondong-bondong mengais rejeki dengan cara bekerja kepada mereka yang memiliki sawah, upah yang mereka dapatkan sebenarnya belum sebanding dengan peluh dan hentakan tangan-tangan mereka yang kekar dalam memisahkan butiran padai dari batang-batang jerami, sesekali mereka beranjak mengambil seteguk air putih yang sudah disiapkan di ujung petak sawah di balik tumpukan jerami, sambil menyiapkan tembakau dan meraciknya hingga jadi sebatang rokok, lalu disulutnya sambil menunggu lelah sedikit reda. Ketika semua telah selesai tubuh kekar mereka masih dimanfaatkan untuk mengangkut beban yang berat dari karung-karung yang penuh terisi hasil mereka memanen ke tempat penampungan di sepanjang jalan menuju kampung kami. Sesampainya di rumah pemilik sawah mereka lantas menimbangnya,kemudian membagi hasil panen untuk upah mereka sesuai dengan upah berupa padi dengan jumlah yang biasa diterapkan di kampung kami...
Semakin banyak pekerja yang bekerja dalam memanen pada sebuah sawah..maka semakin sedikit hasil yang mereka dapatkan. Namun mereka cukup senang dan masih berupaya untuk dapat ikut bekerja memanen sawah milik yang lain pada esok harinya. Sungguh rasa syukur mereka benar-benar tercermin dan berbias layak sinar mentari yang terik menyengat punggung dan jiwa mereka. Disatu sisi lain teriknya mentari sangat didambakan oleh kebanyakan masyarakat pemilik hasil panen...tanpa terkecuali, karena dikampung kami metode mengeringkan padi masih benar-benar alami hanya bermodalkan terik sinar matahari dari pagi hingga sore hari. Merka menjemur padi hasil panen mereka di sepanjang jalan desa atau lahan-lahan kosong di sekitar tempat tinggal mereka. Pada musim panen seperti ini hampir dikatakan tidak ada lagi tempat kosong yang tidak dimanfaatkan untuk menjemur padi, dan mereka tidak khawatir akan hilangnya hasil panen mereka, terbukti sebagian besar masyarakat meninggalkan begitu saja padi yang sedang dijemurnya di tempatnya mereka menjemur hingga berhari-hari sampai padi tersebut benar-benar kering. Mereka hanya mengemas jemuran padi mereka dengan cara menggulung dari lembaran-lembaran alas untuk menjemur sekeder untuk mengantisipasi datangnya hujan pada sore harinya. Di pagi hari ketika cuaca terlihat cerah dan matahari sudah mulai menampakkan sinarnya mereka segera membuka kembali gulungan-gulungan padi tersebut untuk kembali diurai dan dibolak-balik sesekali hingga sinar mentari tidak tampak lagi. Kegiatan ini berulang hingga padi mereka benar-benar kering. Sungguh pekerjaan yang tidak mudah, rasa gatal dari debu butir-butir padi yang berterbangan, panas teriknya mentari tidak mereka hiraukan. Dengan harapan semoga siang itu sinar mentari tetap bertahan hingga sore hari.

Rabu, Maret 24, 2010

Persiapan Ujian Nasional

Hari ini bahkan satu minggu sebelumnya, kami dan seluruh siswa merasa khawatir sehubungan akan segera diselenggarakannya Ujian Nasional Tahun Pelajaran 2009/2010. SMP Negeri 1 Gombong adalah salah satu sekolah favorit di kota ini. Persiapan untuk menghadapi ujian sudah jauh-jauh hari dilalui, dari berbagai macam cara sudah ditempuhnya. Dari pemadatan jam pelajaran untuk mata pelajaran tertentu, hingga les-les yang diselenggarakan di luar jam pelajaranpun sudah ditempuh. Kami semua berharap semoga pada pelaksanaan Ujian Nasional kali ini siswa-siswi kami dapat mengikutinya dengan baik. Dan kami berdoa semoga pada akhirnya nanti pengumuman dari pemerintah menyebutkan bahwa siswa-siswi kami lulus 100 persen...amin. Kendatipun usaha kami sudah maksimal, pemantapan kepada siswapun sudah kami tempuh, namun semua itu tidak akan berarti apa-apa tanpa adanya bantuan serta bimbingan terlebih perhatian orang tua siswa. Rupanya perhatian dari lingkup keluarga untuk saat-saat ini memang benar-benar sangat dibutuhkan, agar psikologis ketenangan belajar mereka semakin nyaman dan mantap serta siap dalam menghadapi Ujian nanti. Semoga harapan kita semua dapat didengar oleh Allah Yang Maha Kuasa, karena tanpa kuasa Nya pula mustahil akan dapat terwujud...mari kita berdoa nak...agar kalian semua lulus dengan prestasi yang kalian kehendaki masing-masing Bapak Ibu Guru tetap bersamamu...amin

Jumat, Februari 26, 2010

Gunung Cemara


Desa Wonorejo adalah sebuah desa di Kecamatan Karanganyar Kabupaten Kebumen, mayoritas penduduknya berpenghasilan sebagai petani padi, namun tidak sedikit mereka yang tinggal di daerah bukit "Gunung Cemara" (istilah bagi masyarakat kami untuk menyebutkan nama bukit tersebut ), karena tanah daerah bukit tersebut adalah tanah cukup subur meski sebenarnya bukit tersebut termasuk bukit dengan bebatuan cadas. Masyarakat bukit tersebut biasanya bercocok tanam sayur mayur dan umbi-umbian, dan tanah garapan yang mereka miliki cukup luas. Konon cerita pada jaman penjajahan, banyak nenek moyang mereka memilih menetap di daerah bukit ini, karena mereka menganggap bahwa daerah di sekitar lembah atau dataran yang lebih rendah sering kali mengahadapi ancaman baik itu dari kaum penjajah atau bahkan bangsa sendiri yang punya rencana jahat, maklum pada kurun waktu itu penindasan oleh kaum penjajah sangat membuat masyarakat kita semakin sengsara. Ketimpangan secara ekonomi semakin terlihat, bagi yang mampu dan kaya mereka masih bisa menikmati nasi untuk menghidupi keluarga, sementara bagi sebagian yang lain yang merasa kekurangan saking terpaksanya ada yang nekat menjadi kecu ( maling/ rampok ) hanya sekedar mendapatkan makanan. Singkatnya mereka yang merasa kaya, akan mencari lokasi yang aman dari segala ancaman yang datang, dan akhirnya mereka banyak mencari dan membeli tanah di daerah bukit tersebut. Konon ceritanya pula tanah di daerah bukit harganya relatif lebih mahal dari pada di dataran rendah seperti daerah sepanjang jalan raya dan pasar, seperti pasar karanganyar dan pasar gombong yang terletak tidak jauh dari desa kami. Karena politik bangsa penjajah pada waktu itu memiliki trik-trik khusus agar dapat mengawasi ruang gerak para penduduk baik itu pribumi dan warga keturunan, maka untuk warga keturunanpun seolah diijinkan tinggal pada suatu kawasan tertentu. Apalagi bagi masyarakat keturunan pada waktu itu seolah hanyalah sebagai pendatang, yang notabene ingin mengikuti aturan yang telah dibuat, dan berupaya tidak membuat konfrontasi dengan penjajah.Dan akhirnya para warga keturunan Tiong Hoa tersebut diijinkan tinggal di daerah yang lebih dekat dengan jalan raya. Bagi warga keturunan adalah sebuah kesempatan mengingat latar belakang mereka adalah berdagang, sehingga tempat yang mereka tempati sangat strategis untuk melakukan transaksi dan perjalanan guna kelancaran bisnisnya.Akhirnya banyak warga keturunan yang menempati area sepanjang jalan raya, mengingat banyak sekali lahan atau tanah garapan pribumi yang ditinggal begitu saja oleh pemiliknya, karena pemiliknya telah menetap di daerah yang lebih aman. Namun saat ini tanah di daerah dataran rendah apalagi yang terdapat di samping kiri dan kanan Jalan Raya Jakarta Jogja sungguh luar biasa mahalnya dibandingkan dengan harga tanah di daerah bukit.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More