Waktu hari ini

Berani Kaya

peluang usaha

Selasa, Maret 30, 2010

Catatan Senin Sore

Aku pacu laju sepeda motorku lumayan kencang, hingga tak lama kemudian aku berhenti di sebuah pertigaan lampu merah daerah wero. Sesekali aku melihat count down trafict light sedang menghitung mundur dari 48, 47, 46, dan seterusnya. Tiba-tiba aku dikagetkan oleh pengendara lain yang melaju kencang disela-sela antara motorku dan kendaraan roda empat disampingku, belum berhenti denyut jantung ini bergetar aku pun menggumam "dasar manusia!" bukankah lampu merah ini dipasang diperuntukkan untuk kita agar lalu-lintas di kota ini lebih baik?. Namun namanya saja manusia, ada saja alasannya : sedang buru-burulah, mumpung tidak ada polisilah, mumpung jalan sedang tidak ramailah, dan alasan lainnya yang senada. Hingga suatu ketika saya mendapat cerita dari tetangga saya, yang sudah melaksanakan aturan ketertiban lalu-lintas dengan baik. Kejadian ini dia alami ya di tempat dimana saya sedang berhenti kali ini. Beliau berhenti di barisan paling depan, tidak berapa lama ada kendaraan di belakangnya nubruk semaunya, hingga pengendara tersebut tersungkur ke jalan. Ini bukti bahwa kita selaku pengguna jalan raya harus "Right Thing" bukan riting yang diidentikkan dengan tanda atau lampu sign suatu kendaraan. Itu artinya bahwa kita harus berpikir positif dan baik-baiklah dalam mengantisipasi segala sesuatu yang akan dilakukan oleh orang lain. Seperti contoh kejadian tetanggaku tadi, mungkin pengendara yang nubruk dari belakang memiliki asumsi bahwa pengendara yang tepat di depannya akan jalan terus kendati lampu merah sedang menyala, ternyata pengendara yang di depannya tadi berhenti. Akhirnya insiden pun tidak dapat dihindari, belum lagi sering kali saya jumpai masyarakat pengendara sepeda motor khususnya remaja tidak mengenakan keamanan (Helm pelindung). Karena mungkin mereka beranggapan helm yang mereka kenakan tersebut hanya sebagai suatu kelengkapan pengendara belaka, atau hanya sekedar untuk menghadapi polisi yang sedang bertugas di jalan raya sehingga apabila terdapat razia mereka tidak akan ditilang. Ini salah! sungguh ironi apabila ada orang lain yang mau mengingatkan kita akan keselamatan jiwa kita!!. Helm yang digunakan pun seharusnya helm standard dimaksudkan apabila terjadi sebuah insiden di jalan yang memungkinkan terjadinya benturan keras tepat di kepala, maka helm tersebut dapat meminimalis tingkat resiko retaknya tulang kepala. Percuma apabila kita sudah pakai helm, namun helm tersebut tidak bertali, atau tidak ada pelindung kepalanya (sterofoam), atau berbahan helm yang tidak berkualitas, tidak nyaman, sehingga dapat juga mengganggu pengendara itu sendiri. Cobalah kita sedikit renungkan, jika sering saya jumpai ada sebuah insident di jalan, lalu tak berapa lama kemudian polisi datang ke tempat kejadian perkara, lantas biasanya polisi menanyakan dengan kalimat yang sering kita dengar " Slamat Sore/ Siang/ Pagi/ dilanjutkan Lihat surat-suratnya Pak/ Bu/ Mas/ Mba/ dsb". Anda dalam sebuah insiden "mohon maaf" kaki atau tangan kita yang patah, kita masih dapat mendengar kata-kata yang keluar dari mulut pak polisi. Namun kalo kepala kita yang patah/ retak/ gagar otak? bagaimana? Na'udzubillah....yang datang mungkin bukan pak polisi, siapa tahu malaikat.Wah mengerikan ya? maka dari itu baik-baiklah kita berkendara di jalan raya, dengan memperhatikan segala tingkat resiko dan kecelakaan yang mungkin dapat kita alami, pergunakan perlengkapan keamanan secara maksimal, minimal memenuhi standar. Jangan sia-siakan keselamatan kita, hanya karena kita lalai atau melupakan sesuatu yang sebenarnya sangat berharga ini!.

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More