Waktu hari ini

Berani Kaya

peluang usaha

Sabtu, Maret 27, 2010

Musim Panen

Suhu udara di kampung kami saat ini terasa begitu panas, namun bagi para petani kampung kami hal ini sangat disyukuri mengingat mereka semua baru saja selesai memanen padi mereka di sawah. Aroma lumpur, asap dari pembakaran jerami, hiruk pikuk masyarakat yang bekerja di sawah-sawah jadi pemandangan kampung kami tatkala musim panen tiba. Para pekerja bergegas dari pagi setelah subuh mereka berbondong-bondong mengais rejeki dengan cara bekerja kepada mereka yang memiliki sawah, upah yang mereka dapatkan sebenarnya belum sebanding dengan peluh dan hentakan tangan-tangan mereka yang kekar dalam memisahkan butiran padai dari batang-batang jerami, sesekali mereka beranjak mengambil seteguk air putih yang sudah disiapkan di ujung petak sawah di balik tumpukan jerami, sambil menyiapkan tembakau dan meraciknya hingga jadi sebatang rokok, lalu disulutnya sambil menunggu lelah sedikit reda. Ketika semua telah selesai tubuh kekar mereka masih dimanfaatkan untuk mengangkut beban yang berat dari karung-karung yang penuh terisi hasil mereka memanen ke tempat penampungan di sepanjang jalan menuju kampung kami. Sesampainya di rumah pemilik sawah mereka lantas menimbangnya,kemudian membagi hasil panen untuk upah mereka sesuai dengan upah berupa padi dengan jumlah yang biasa diterapkan di kampung kami...
Semakin banyak pekerja yang bekerja dalam memanen pada sebuah sawah..maka semakin sedikit hasil yang mereka dapatkan. Namun mereka cukup senang dan masih berupaya untuk dapat ikut bekerja memanen sawah milik yang lain pada esok harinya. Sungguh rasa syukur mereka benar-benar tercermin dan berbias layak sinar mentari yang terik menyengat punggung dan jiwa mereka. Disatu sisi lain teriknya mentari sangat didambakan oleh kebanyakan masyarakat pemilik hasil panen...tanpa terkecuali, karena dikampung kami metode mengeringkan padi masih benar-benar alami hanya bermodalkan terik sinar matahari dari pagi hingga sore hari. Merka menjemur padi hasil panen mereka di sepanjang jalan desa atau lahan-lahan kosong di sekitar tempat tinggal mereka. Pada musim panen seperti ini hampir dikatakan tidak ada lagi tempat kosong yang tidak dimanfaatkan untuk menjemur padi, dan mereka tidak khawatir akan hilangnya hasil panen mereka, terbukti sebagian besar masyarakat meninggalkan begitu saja padi yang sedang dijemurnya di tempatnya mereka menjemur hingga berhari-hari sampai padi tersebut benar-benar kering. Mereka hanya mengemas jemuran padi mereka dengan cara menggulung dari lembaran-lembaran alas untuk menjemur sekeder untuk mengantisipasi datangnya hujan pada sore harinya. Di pagi hari ketika cuaca terlihat cerah dan matahari sudah mulai menampakkan sinarnya mereka segera membuka kembali gulungan-gulungan padi tersebut untuk kembali diurai dan dibolak-balik sesekali hingga sinar mentari tidak tampak lagi. Kegiatan ini berulang hingga padi mereka benar-benar kering. Sungguh pekerjaan yang tidak mudah, rasa gatal dari debu butir-butir padi yang berterbangan, panas teriknya mentari tidak mereka hiraukan. Dengan harapan semoga siang itu sinar mentari tetap bertahan hingga sore hari.

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More